Friday, 1 June 2012

Materiality, physicality, thingness, object, kebendaan.


Masih berhubungan dengan post minggu lalu. Saya sedang memikirkan, bagaimana kita sampai di satu titik praktek seni dimana objek, keberadaan fisik, atau kebendaan sebuah karya menjadi tidak sepenting faktor-faktor lain seperti, isi, pesan, dan narasi?

Ada beberapa hal yang bisa dikatakan melatarbelakangi kecenderungan ini:

Pertama, penerusan tradisi postmodern yaitu perayaan – atau mungkin kepasrahan – terhadap nilai-nilai permukaan: “tidak ada makna dibalik apa yang kita lihat!” Katanya. Sinisisme terhadap ‘kedalaman’ dan preferensi terhadap segala yang ringan dan dangkal memuncak pada peleburan antara industri dan seni, dimana batas antara karya dan komoditas diruntuhkan. Akhirnya, karya dalam bentuk fisiknya menjadi sebuah benda – sama seperti benda lainnya – yang mempunyai harga jual-beli.

Kedua, ketika karya dilihat sebagai ekspresi pribadi si seniman, ada tendensi bahwa karya tersebut menjadi bersifat sangat anekdotal: “Di karya ini saya bercerita tentang hal-hal yang saya lihat sehari-hari etc etc.” Sebenarnya sedikit bersikap ego-maniak karena mengasumsikan bahwa si pemirsa peduli akan keseharian si seniman. Pendekatan keseharian yang memang jujur tapi juga naif, tidak sadar-diri akan kesejarahan dan perkembangan discourse seni yang begitu luas. Akibatnya, yang dimaksud ‘hubungan’ antara karya dan pemirsa terbatas pada isi karya, dan benda karya tersebut hanya menjadi pencitraan dangkal dan bukan suatu keharusan: karya itu tidak perlu mempunyai garis itu, warna itu, wujud itu. Banyak embel-embel yang sebenarnya unneccesary, tidak penting.

Ketiga, Minimal Art tahun ‘60an jelas menunjukkan minat untuk kembali kepada kebendaan sebuah karya. Bentuk-bentuk disederhanakan karena bentuk-bentuk yang rumit – yang diasumsikan bersifat simbolik – dianggap menaruh jarak antara pemirsa dan karya-sebagai-benda (work-as-object). Tapi, dalam upayanya membentuk pengalaman ruang atau spasial yang khusus tentang ruang/ tempat/ situs karya itu diletakkan, mereka meredam atau membungkam konteks (apakah pribadi, sosial, kultural, dst.) Akibatnya, dihasilkan bentuk-bentuk yang dingin dan steril.

Kesimpulan awal yang bisa diambil: pengertian-pengertian tentang kebendaan yang ada tidak lagi relevan. Akan saya lanjutkan di beberapa post berikut.


No comments:

Post a Comment