Dari kiri ke kanan: Kara, Sarita, Nady, Dhanot, Acip, Hendra, Bey, pak FX Harsono (mentor program ini), Saras. Diambil di Dia.lo.gue Artspace, 15 September 2013. |
Tahun lalu, saya mulai bekerja sama dengan Dia.lo.gue Artspace untuk sebuah program pameran bernama "Exi(s)t", yang akan diadakan tiap tahun. "Exi(s)t" tahun ini akan kembali lagi di bulan Desember, dan ada beberapa hal yang berbeda dari tahun sebelumnya.
Kali ini kami menggelar sistem open-call submission,
dimana yang berminat dapat mengumpulkan portfolio dan dokumen pendukung
lainnya. Ada 70 lebih pendaftar, dan yang lolos seleksi adalah: Nady Azhry, Dhanny
Sanjaya, Hendra Permana, Angga Cipta, Sarita Ibnoe, Bey Shouqi, Ratu Saraswati,
dan Kara Andarani.
Hal lain yang baru dari program tahun ini adalah adanya rangkaian workshop
yang berhubungan dengan tema pameran. Kami mengundang beberapa pembicara, yaitu
Yuka Narendra, Ardi Yunanto, Ardi Gunawan, Irwan Ahmett, dan FX Harsono. Dalam
waktu 4 hari, kami mendapat perspektif yang berbeda-beda tentang tema pameran, sesuai
dengan latar belakang tiap pembicara. Dibawah ini adalah cuplikan dari curatorial brief yang saya berikan:
Curatorial Brief untuk program “Exi(s)t #2”,
2013, Dia.lo.gue Artspace.
Sebuah Pameran mengenai Instruksi (Judul akan
ditentukan).
Instruksi: aba-aba n arahan,
instruksi, isyarat, kode, komando, perintah, petunjuk, seruan, suruhan, tanda,
titah, arahan, nasihat, instruksi, mandat, pesan, suruhan, titah, titipan,
wasiat, pemberitahuan, petuah; hikmah, makna, moral, pelajaran; mendiktekan,
pedoman.
Hidup kita dipenuhi dengan berbagai instruksi, yang berfungsi untuk memberi
arahan, perintah, atau mengisyaratkan bagaimana kita harus berlaku. Pada
sendirinya sebuah instruksi tidak memiliki arti atau fungsi apa-apa, tapi ketika
bersinggungan dengan seseorang dalam sebuah masyarakat, sebuah instruksi
menuntut aksi dan interaksi: warna merah pada lampu lalu lintas memerintahkan
kendaraan untuk berhenti, simbol “X“mengisyaratkan bahwa kita dilarang masuk,
dan sebagainya.
Meski hidup kita sarat akan rangkaian instruksi yang seakan tak pernah
habis, kita jarang mempertanyakan apa yang dimaksud untuk mematuhi, menentang,
atau memberi interpretasi baru akan sebuah instruksi.
Dalam dunia seni, terutama seni performans, pada umumnya instruksi tidak
dianggap sepenting pementasan yang dilakukan. Meski perannya penting, instruksi
kerap dimarjinalkan: instruksi untuk sebuah komposisi musik, atau koreografi
pada teater dan tari sering tidak diperlihatkan pada penonton. Instruksi-instruksi
tersebut lebih sering dihafalkan oleh seniman dan musisi, agar dapat memberikan
pementasan yang seakan-akan terjadi atau mengalir secara natural.
Beberapa peristiwa dari sejarah seni pernah menunjukkan pentingnya
instruksi dalam praktek seni: mulai dari murid-murid komposer John Cage yang
menganggap notasi musik mereka sebagai karya seni meski tidak dimainkan, yang
akhirnya membentuk aliran Fluxus, hingga contoh yang lebih baru yaitu pameran do-it yang dikuratori oleh Hans Ulrich
Obrist. Ini menunjukkan bahwa “instruksi” adalah konsep yang patut dijelajah
lebih lanjut.
***
Sekarang, saya dan peserta sedang terlibat dalam proses kuratorial. Seperti setiap project baru, selalu banyak yang bisa saya pelajari disini.
No comments:
Post a Comment