Thursday, 18 June 2015

Komunitas (I)



Salah satu sosiolog utama di masa ini, Zygmunt Bauman, membuka bukunya berjudul Community: Seeking Safety in an Insecure World dengan memberi gambaran yang terlewat indah atas kata ‘komunitas’. Kata ini, tulis Bauman, “terasa enak… memang enak rasanya ‘memiliki komunitas’, ‘berada didalam suatu komunitas’” (hal. 1). Dibanding dengan kata-kata lain, ‘komunitas’ memiliki konotasi yang positif. ‘Pergaulan’, misalnya bisa menjadi sesuatu yang buruk: “Anak itu salah pergaulan”. Atau kita sering mengatakan “kebobrokan masyarakat”, tapi jarang berbicara tentang bobroknya suatu 'komunitas'.

Bauman menjelaskan bahwa feel-good factor yang melekat pada kata ‘komunitas’ bersumber dari hal-hal yang dijanjikan olehnya. Dunia didalam suatu komunitas berbeda dengan yang ada di luar 'sana', dimana kita harus terus tegang berhati-hati jika ingin terhindar dari segala macam bahaya. Disini, di dalam komunitas ini, kita bisa bersantai, karena tidak ada bahaya yang menunggu dibalik sudut-sudut gelap. Komunitas adalah tempat dimana tiap individu saling mengerti dan percaya, dan tidak ada orang yang asing disini. Meski ada ketidaksetujuan, ini adalah hal normal – karena tentunya masih ada perbedaan diantara tiap anggota – yang juga harus segera ‘dinormalisasi’ – karena karena masing-masing individu dalam kelompok ini sedang menuju suatu sasaran yang lebih baik dari apa yang mungkin dapat dimiliki secara perorangan.

Tapi, Bauman mengingatkan, ada harga yang harus dibayar untuk janji-janji ini: kepatuhan. Ia menulis, “Ingin kesejahteraan? Lepaskan kebebasan, atau setidak sebongkah besar dari hal itu. Ingin percaya diri? Jangan percaya pada siapapun diluar komunitasmu. Ingin saling pengertian? Jangan berbicara dengan orang asing atau menggunakan bahasa asing. Ingin merasa nyaman dirumah? Pasang alarm di pintumu dan kamera di garasi. Ingin keamanan? Jangan biarkan orang asing masuk dan jangan bertingkah laku aneh atau berpikir tak lazim. Ingin kehangatan? Jangan dekat-dekat jendela, apalagi membukanya. Yang menjadi halangan tentunya adalah jika kita turuti saran ini and terus menutup jendela, udara didalam akan menjadi pengap dan pada akhirnya menyesakkan (oppressive)” (hal. 4)

Saat ini, seperti yang dicatat Bauman di pengantar bukunya, ‘komunitas’ mengacu pada sebuah dunia yang tidak sepenuhnya hadir untuk kita di masa ini – yang ingin kita raih kembali atau hidupi di masa depan. Sosiolog ini kemudian menganjurkan bahwa hal yang dapat kita lakukan sekarang adalah ‘menginventarisasi’ berbagai peluang dan bahaya yang ada pada semua solusi yang sedang ditawarkan saat ini. Menurutnya, hal inilah yang sedang ia lakukan lewat bukunya. 

No comments:

Post a Comment