Saturday 17 December 2011

The 'Face' of the Environment


Andreas Gursky, James Bond Island III, 2007


Saya sedang membaca artikel Ed Casey “Taking a Glance at the Environment”, yang diterbitkan di Ecophenomenology: Back to the Earth Itself (Brown & Toadvine, eds.) Seperti murid fenomenologi lain yang antusias akan masa depan pemikiran ini, saya sudah cukup lama mengikuti tulisan-tulisan Casey. Berawal dari The Fate of Place, dibaca untuk penulisan disertasi S2. Selain dari cara Casey meggunakan fenomenologi sebagai metode filosofis, satu hal lain yang membuat saya menyukai tulisannya menyangkut gaya. Saya tidak terlalu sering mendapatkan tulisan filsafat yang begitu jelas dan sederhana, tanpa mengurangi muatan ideologi dan kepuitisan. Saya memang selalu ‘silau’ akan orang-orang yang mampu menjelaskan ide-ide rumit dengan gampang, karena… filsafat kan memang susah, jadi sungguh terima kasih banyak kalau ada yang bersedia memudahkannya bagi saya. Selain itu, Casey juga mampu membangun ‘suasana’ dengan ramuan kata dan kalimat. Kalau karya ilmiah punya estetika tersendiri, menurut saya tulisan Casey bisa dijadikan satu contoh konkrit.
Anyway, cukup mengelu-elukan tulisan Casey. Masih banyak tempat di posting-posting berikut untuk melakukan ini. Di artikel ini, langkah Casey menggunakan teori etika Levinas tentang Wajah (the Face) untuk menjelaskan bagaimana kita bisa membangun sebuah etika tentang lingkungan sekitar (environmental ethics) memang bukan sesuatu yang baru. Banyaknya penerapan lanjut dari teori Levinas ini hanya menunjukkan ke-‘serba guna’-annya. Tapi interpretasi Casey – lain soal. (Ini juga hal yang membuat saya begitu terpukau dengan Casey. Saya belum pernah menemukan karya Casey yang tidak menunjukkan suatu interpretasi yang subtil, tidak terduga, tapi sangat ‘pas’. Bukan berarti saya selalu setuju.. Emang gue ngga punya otak sendiri?! Tapi tetap saja, kematangan seorang filsuf bisa diukur dari ‘kehalusan’ interpretasinya akan karya-karya sebelumnya. Dan untuk filsuf sekarang-sekarang ini, Casey – oh Casey! – ada di tataran atas). Di artikel ini Casey berargumen bahwa pada awalnya kita mencerna ke-Lain-an yang dijabarkan oleh Levinas lewat glances, kilasan-kilasan mata. Secara fenomenologis, ini suguhan yang menyegarkan karena saya rasa belum ada filsuf sebelumnya yang begitu menaruh perhatian terhadap kilasan mata, yang sering dianggap terlalu ‘ringan’, ‘ecek-ecek’, tidak mampu menyelami fenomena dunia sampai dalam seperti, misalnya, a gaze, tatapan.
Jika pengertian saya akan etika Levinas benar, maka menurut Levinas hubungan etika antar-manusia dimulai saat kita berhadapan dengan wajah orang lain, yang serentak menampakkan 'keliyanan' (Otherness), suatu perbedaan yang tidak akan bisa kita mengerti sepenuhnya dan juga sebuah panggilan untuk bertanggung jawab atas 'keliyanan' ini (lihat Totality and Infintity dan Ethics and Infinity). Bagaimana saya bisa bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya? Langkah utama: menghayati bahwa ada kesenjangan antara saya dan dia yang tidak bisa direduksikan. Saya tidak akan bisa mengerti dia sepenuhnya, dan sebaliknya: integrasi antara kami berdua adalah sebuah ketidakmungkinan.
Ini semua… di’tangkap’ dengan kilasan mata?! Saya sendiri masih menunggu bagaimana Casey akan menjelaskan peran kilasan mata – suatu pengalaman tubuh yang sering kita abaikan – dalam memulai sebuah hubungan etika antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Maklum, belum baca sampai habis. Tapi dari beberapa halaman selanjutnya yang sudah saya lihat sekilas (ha!), ada kaitannya dengan pemikiran Casey tentang ‘tempat’. Lebih spesifik, Casey sepertinya akan memberi penjelasan tentang pengertiannya akan apa yang dimaksud dengan ‘landscape’, ‘horizon’, ‘layout’ dan ‘surface’. Di beberapa posting selanjutnya, saya akan menuangkan tanggapan saya.

No comments:

Post a Comment