The photographs in this collection represent the changing topographic contours of a particular landscape as it becomes subject to development. The paradoxical dynamic of land development is the central theme that interests Pritt. To develop doesn’t simply mean to cause growth or expansion, but also to demolish and take apart what was already there. The act of building, in other words, essentially implicates destroying.
Foto-foto di koleksi ini adalah representasi akan perubahan bentuk topografis sebuah lahan yang sedang menjadi objek pembangunan. Dinamika pembangunan yang penuh paradoks adalah tema utama yang menjadi daya tarik untuk Pritt. Membangun tidak semata berarti menghasilkan pertumbuhan atau pengembangan, tapi juga membongkar dan memporak-poranda apa yang sudah ada disana. Tindakan membangun, dalam kata lain, pada dasarnya selalu melibatkan tindakan memusnahkan.
Pritt’s ‘no-frills’ approach presents a unique way of inviting the viewer’s contemplation. Although it is essentially a response to the social practice of human’s intervention into natural environment, the observatory tone remains detached and objective rather than overly sentimental. The neutrality of the photographer’s eye represents these places in their own terms, uncluttered by emotional excess. Pritt’s account is above all else documentative, offering a detailed accuracy and stark reportage stylization.
Pendekatan Pritt yang tanpa ‘embel-embel’ menghadirkan sebuah cara unik untuk mengundang renungan. Meskipun foto-foto ini sebenarnya adalah sebuah tanggapan terhadap praktek sosial campur tangan manusia pada lingkungan alam, nadanya yang ‘dingin’ dan penuh observasi tetap objektif. Pandangan si fotografer yang netral menggambarkan tempat-tempat ini tanpa beban emosional. Karenanya, foto-foto ini terlihat seperti sebuah dokumentasi, menawarkan ketelitian mendetil dan gaya reportase yang jujur.
Suasana ‘berjarak’ yang hadir disini juga terbangun karena tidak adanya figur manusia. Tetapi keberadaan mereka tetap bisa dirasakan melalu representasi akan segala kebutuhan dan ambisinya. Misalnya, gaya hidup seseorang yang membutuhkan sepeda motor di foto diatas ini atau konstruksi yang terjadi sebagai produk keinginan manusia akan perkembangan. Biarpun tidak ada manusia disini, kehadirannya tidak dapat dipungkiri.
‘Berjarak’ namun tetap intim, foto-foto ini mengajak kita untuk mempertanyakan sebuah kontradiksi mendesak yang melekat pada kemampuan manusia untuk membangun: bagaimana kita menegosiasi garis yang tipis antara membangun dan menghancurkan?
No comments:
Post a Comment